Namanya adalah Marco Calasan. Meski baru berusia 9 tahun, ia sudah memiliki 4 sertifikat Microsoft dan telah menulis buku berisi 312 halaman tentang Windows 7. Tak pelak, ia digadang-gadang sebagai insinyur sistem Microsoft termuda di dunia
Dikutip dari CNN, Kamis (20/5/2010), bak orang dewasa Marco mengajak tur rombongan wartawan yang ingin mengenalnya ke lab sekolah, seolah-olah itu rumahnya sendiri. Marco sendiri, tinggal di seberang sekolah tersebut dan selalu menghabiskan waktu di lab komputer.
"Dengan pengetahuan, semuanya mungkin," ujarnya mantap ketika ditanya kenapa ia begitu mencintai komputer. Kemudian ia mulai menerangkan dengan rinci tentang IPTV (Internet Protocol Television) jaringan sistem pengiriman konten yang dibuatnya sendiri.
Marco mengatakan, ia mengajarkan seluk beluk komputer ke teman-temannya serta gurunya sendiri. Tak hanya itu, akhir bulan ini pemerintah Montenegro memintanya secara khusus untuk memberikan presentasi sistem IPTV ciptaannya.
Dengan suaranya yang manis dan polos, Marco menjelaskan bagaimana ia melakukan stream video berkualitas tinggi ke penjuru negaranya, Macedonia. Ia bahkan menyediakan layanan bagi para penyandang cacat di negara itu.
Aku hanyalah anak biasa. Aku juga lupa dengan semua pengetahuan yang ada di kepalaku ketika bermain bersama teman-teman," tuturnya. Namun, sepertinya anak ini memang berbeda. Tak hanya jenius, ia pun bisa berbicara dengan tiga bahasa. Saat ini ia sedang mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa keempat yang akan dikuasainya.
Profesor Elena Achkovska-Leshkovska dari Institut Psikologi, Skopje menguji Macro ketika ia masih berusia 7 tahun. Dia menemukan bahwa otak bocah itu sama seperti otak anak yang berusia 12 tahun ke atas. Tetapi yang menarik adalah tingginya tingkat keterampilan emosional dan sosial. Sesuatu yang tidak biasanya ditemukan dalam anak-anak berbakat lainnya.
Ibu Marco, Radica, menceritakan ketika ia didiagnosa menderita kanker payudara, Marco membuat 200 halaman lebih tentang informasi perawatan kanker payudara termasuk makanan apa saja yang harus dimakan ibunya.
Radica sendiri enggan melakukan perawatan kemoterapi karena khawatir tak mampu merawat anak lelakinya. Dia tahu Marco membutuhkan pendidikan khusus yang sangat mahal. Namun Radica yakin segala rintangan dan halangan akan ia hadapi bersama anak jeniusnya.
Dikutip dari CNN, Kamis (20/5/2010), bak orang dewasa Marco mengajak tur rombongan wartawan yang ingin mengenalnya ke lab sekolah, seolah-olah itu rumahnya sendiri. Marco sendiri, tinggal di seberang sekolah tersebut dan selalu menghabiskan waktu di lab komputer.
"Dengan pengetahuan, semuanya mungkin," ujarnya mantap ketika ditanya kenapa ia begitu mencintai komputer. Kemudian ia mulai menerangkan dengan rinci tentang IPTV (Internet Protocol Television) jaringan sistem pengiriman konten yang dibuatnya sendiri.
Marco mengatakan, ia mengajarkan seluk beluk komputer ke teman-temannya serta gurunya sendiri. Tak hanya itu, akhir bulan ini pemerintah Montenegro memintanya secara khusus untuk memberikan presentasi sistem IPTV ciptaannya.
Dengan suaranya yang manis dan polos, Marco menjelaskan bagaimana ia melakukan stream video berkualitas tinggi ke penjuru negaranya, Macedonia. Ia bahkan menyediakan layanan bagi para penyandang cacat di negara itu.
Aku hanyalah anak biasa. Aku juga lupa dengan semua pengetahuan yang ada di kepalaku ketika bermain bersama teman-teman," tuturnya. Namun, sepertinya anak ini memang berbeda. Tak hanya jenius, ia pun bisa berbicara dengan tiga bahasa. Saat ini ia sedang mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa keempat yang akan dikuasainya.
Profesor Elena Achkovska-Leshkovska dari Institut Psikologi, Skopje menguji Macro ketika ia masih berusia 7 tahun. Dia menemukan bahwa otak bocah itu sama seperti otak anak yang berusia 12 tahun ke atas. Tetapi yang menarik adalah tingginya tingkat keterampilan emosional dan sosial. Sesuatu yang tidak biasanya ditemukan dalam anak-anak berbakat lainnya.
Ibu Marco, Radica, menceritakan ketika ia didiagnosa menderita kanker payudara, Marco membuat 200 halaman lebih tentang informasi perawatan kanker payudara termasuk makanan apa saja yang harus dimakan ibunya.
Radica sendiri enggan melakukan perawatan kemoterapi karena khawatir tak mampu merawat anak lelakinya. Dia tahu Marco membutuhkan pendidikan khusus yang sangat mahal. Namun Radica yakin segala rintangan dan halangan akan ia hadapi bersama anak jeniusnya.
Source: forum.vivanews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar