SITTI, Penantang Google dari Indonesia

Beautiful Day Blog | SITTI, Penantang Google dari Indonesia |

Apa itu  SITTI 

Beberapa bulan terakhir, pembicaraan dibawah ini seperti kaset rusak yang berulang-ulang dalam hidup saya:
“Sitti itu apa sih??”
“Mesin”
“Terus bisa ngapain?”
“Bisa analisa dan mengerti bahasa Indonesia”
“???”

Sejak 20 Mei tahun ini waktu kita launch SITTI, kayaknya hidup saya selalu berhubungan dengan SITTI. Terkadang, karena sering sekali ditanyakan, saya hanya menjawab singkat seperti itu. Secara mendalam, SITTI, untuk saya lebih dari hanya sebuah mesin.

Untuk saya, SITTI adalah jembatan. Untuk yang punya hobby nulis blog atau punya situs sendiri, SITTI bisa membuat hobby kita jadi sumber pendapatan. Bayangkan, kita punya lebih dari 2 juta blogger di Indonesia. Mayoritas orang-orang bertalenta ini menulis secara kreatif sebagai hobby. Bukan profesi. Kenapa? Karena belum ada metode yang secara efektif dapat membuat tulisan mereka menjadi sumber pendapatan. SITTI bisa menjadi jembatan untuk ini.

SITTI adalah jembatan.

Banyak perusahaan di Indonesia, besar dan kecil yang punya penyakit kronis PDTNTLM atau “pingin-ke-digital-tapi-nggak-tau-lewat-mana”. Bayangkan, populasi Internet sudah mencapai 38 juta dengan perkembangan sebesar 1150% dalam 9 tahun terakhir. Internet adalah salah satu medium yang dikejar oleh para pengiklan. Tapi sampai sekarang, beriklan di Internet adalah sebuah aktifitas yang belum dapat diukur secara efektif. SITTI, menjadi jembatan untuk ini.

Benar, SITTI memang hanya sebuah mesin. Mesin yang telah disekolahkan. Mesin yang mengerti bahasa Indonesia yang baik, benar, yang 4lay, yang nyleneh, bahkan yang slang jadul sekalipun. Dengan kemampuan ini, SITTI menjadi “biro jodoh” para pengiklan dan para pemilik situs. Bayangkan, kalau ada 50.000 blog yang menulis 50.000 artikel yang berbeda. Ada yang menulis tentang sepatu, mobil, lapangan bola, bahkan Luna Maya. Bayangkan, bahwa dalam waktu 1 detik, SITTI bisa membaca semua artikel ini lalu mencari “jodoh” iklan yang tepat untu disajikan kepada mata yang memang tertarik. Dalam satu detik. Bayangkan.

Inilah SITTI. Kalau Google Adsense® punya dunia, SITTI punya Indonesia. Dan hanya Indonesia.

Jadi untuk yang suka ngeblog, pasang script SITTI dari situs ini (5 menit jadi), cantumkan nomor rekening dan berkreasilah. Menulislah. Barkaryalah. Tentang sepatu, tentang bola, tentang Luna. Terserah.

SITTI akan menjadi mesin sibuk yang mencari iklan di blogmu. Kalau ada orang yang membaca dan mengklik iklan tersebut, maka kita akan mendapatkan bayaran dari SITTI. Mungkin diawali dengan jumlah kecil. Tapi hari demi hari, semakin banyak tulisanmu, semakin pintar mesin SITTI, semakin banyak “jodoh” iklanmu.

Menulislah. Berkarya. Berkreasi. We pay you. It’s that simple.

Pembicaraan kaset rusak satu lagi selama ini:
“Kenapa SITTI sih namanya? Singkatan apa SITTI itu?”
“Nggak ada.”
“Loh terus namanya SITTI dari mana dong?”
“Dari Sitti Nurbaya.”
“???”


SITTI Dimata Pendirinya


Kami di SITTI merasa Google adalah mahaguru. Google adalah the best search engine in the world. Kami di SITTI adalah pengguna Google search engine. Penggunaan Google di kantor kami hanya dikalahkan oleh jumlah teh botol yang kami minum setiap harinya.

In short, kami cinta Google search engine. Cieee…

Tapi hari ini, SITTI memberanikan diri untuk menantang Google,inc. Mohon maaf.

Sekali lagi, bukan Google search engine. Tetapi Google, inc. yang diakui sebagai perusahaaan dengan perkembangan tercepat dalam sejarah semua perusahaan di dunia. Dari Rp 2 miliar ke Rp 230 trilliun dalam 10 tahun! Google,Inc.  yang mayoritas pendapatannya datang dari satu sumber; Iklan digital yang biasa disebut degan Google Adsense™.

Kami pun menantang tidak sebagai musuh. Tapi lebih seperti murid yang kurang ajar terhadap gurunya. Seperti Luke Skywalker menantang Obi Wan Kenobi, satu minggu setelah diberi light saber. Kami menantang Google,inc. untuk tetap menjadi guru kami dalam berkompetisi. Kami menantang Google,inc. untuk mengembangkan dunia digital Indonesia tanpa membuat pemilik koran dan medium tradisional lainnya pusing.  Kami menantang Google,inc. untuk membantu para UKM untuk lebih melek Digital.

Kami menantang Google,inc untuk berkompetisi. Mohon maaf.

Sekali lagi, Maaf banget.  Saya takut sama Google.

Google punya 1 juta server.  SITTI punya 6.

Google punya 20.621 orang. SITTI punya 20.

Google punya 1.000 PhD. yang bekerja disana.  SITTI punya 1, dan itupun nggak lulus-lulus setelah 6 tahun berusaha.

Google mendatangkan Rp 230 trilliun dalam satu tahun. SITTI mendatangkan Rp 630ribu dari penjualan teh botol di koperasinya Udin, si OB di kantor SITTI.

Google punya dunia. SITTI punya Indonesia. Dan hanya Indonesia.

SITTI hanya punya dua hal yang lebih dari Google; nekad dan teh botol. Itu pasti.

Selain itu, SITTI punya teman-teman yang bersedia dan percaya dengan ide SITTI. Teman-teman di Kompas.com, Detik.com, Serikat Penerbit Surat Kabar, hingga seribu blogger yang sudah bersedia mencoba SITTI. Untuk ini kami sangat berterima kasih.

Hari ini, SITTI yang sekarang sudah mendapatkan 80 juta pageviews, meluncurkan 2700 iklan di SITTI platform. Iklan-iklan ini datang dari 529 brands yang mau masuk ke dunia digital lebih dalam lagi. Kepada perusahaan-perusahaan yang bersedia menjadi benchmark untuk dunia Digital Indonesia dengan mencoba SITTI, kami berterima kasih.

SITTI adalah sebuah mesin yang sudah “belajar” dari 600 juta halaman situs atau blog berbahasa Indonesia. Kami adalah orang-orang nekad yang merasa bahwa dunia digital ini harus menjadi economic enabler untuk banyak orang. Kami mau si Udin, OB kita dikantor SITTI, suatu saat punya blog untuk berjualan teh botol, coklat superman dan kacang mede merek bu Jono. Kita mau Udin menjadi wirausahawan yang sukses dengan medium digital.

Idealisme? Bukan, nekad.

Di seluruh dunia ini, SITTI hanya punya satu contoh; ZAO BEGUN di Rusia. Dengan modal nekad juga, di tahun 2004, mereka berkompetisi dengan Google,inc. di Russia. Mereka masih hidup dan terus berkompetisi dengan Google,inc. Saya melihat mereka sebagai contoh untuk SITTI.

Saya sadar bahwa ini bukan David versus Goliath.  Kita ini seperti anak kecoa yang kurang makan kalau dibandingkan Google,inc. Si SITTI adalah anak kampung dari Bukit Tinggi di Sumbar atau Pasar Cihapit di Bandung atau dari Sragen di Jateng yang berani berkompetisi dengan global force bernama Google,inc.

Siapkah SITTI? Ya nggak lah cyiiiin. Namanya juga versi BETA.

Tapi kami merasa tenang, karena hari ini bukan SITTI yang menantang Google,inc.

Hari ini, Indonesia menantang Google,inc.

Tantangan Resmi dari SITTI

Siapa yang tak mengakui Google sebagai penyedia search engine paling populer di dunia. Namun, jangan salah, ada perusahaan Indonesia yang berani menantang Google. SITTI namanya.

“Hari ini kami memberanikan diri menantang Google Inc,” kata Andy Sjarif, Group CEO SITTI, saat acara “Buka Pintu”, peresmian kantor baru di Grha Tirtadi, Jalan Senopati 71, Jakarta, Rabu (24/11/2010). Ia mengatakan, bukan layanan search engine yang dilawan, tetapi platform iklan kontekstual seperti AdSense dan AdWord.

Menurutnya, saol urusan search engine, Google memang jagonya. Tidak ada yang meragukan. Bahkan orang-orang di SITTI pun mengagumi kehebatan Google. Kata dia, Google mendapat keuntungan bukan karena search engine, melainkan karena pendapatan dari iklan berjaringan yang bisa menyajikan iklan sesuai konteks halaman web atau hasil pencarian yang dikunjungi pengguna internet.

“Contextual advertising adalah yang dilawan SITTI dari Google,” ujar Andy Sjarif. Namun, tentu tidak semua yang diincar SITTI karena hanya pengguna web atau blog berbahasa Indonesia yang jadi sasaran saat ini. Ia percaya diri, mesin buatan SITTI dapat bersaing dengan Google, terutama untuk halaman web dan blog berbahasa Indonesia.

Untuk menguji kemampuan mesinnya, SITTI bekerja sama dengan situs web lokal selama lebih dari sebulan, mulai dari 1 Oktober hingga 5 November 2010. Dalam rentang waktu tersebut, SITTI berhasil mengindeks 600 juta halaman situs berbahasa Indonesia dan menampilkan 330 iklan dari 529 merek.

Tidak hanya itu, SITTI pun memasang iklan yang sama ke layanan Google AdWord dengan periode yang sama dan keyword yang sama. Hal tersebut untuk mencari pembanding dan mengukur seberapa efektif mesin SITTI menyajikan iklan secara kontekstual sesuai halaman web yang dikunjungi.

Hasilnya, SITTI mengklaim lebih efektif. Dari pengukuran impresi, SITTI mendapat skor 86,5 persen, sedangkan Google 44,5 persen. Dari jumlah klik, SITTI mendapatkan 51 persen, sedangkan Google 49 persen. Click through ratio (CTR) SITTI 64,06 persen, Google 20,57 persen, dan sisanya sama. Inilah yang membuat SITTI makin percaya diri bersaing dengan Google.

“Saya berharap dalam 2-3 tahun lagi ada pertarungan platform iklan berjaringan,” kata Andy Sjarif. Karena telah belajar dari jutaan halaman web, SITTI kini pun mengerti konteks kalimat, bahkan bahasa alay juga mengerti.

Ia pun berharap Google makin serius masuk ke pasar Indonesia dan menyumbang perekonomian nasional. Menurutnya, Google seharusnya membuka kantor perwakilan di Indonesia, membayar pajak untuk pendapatannya dari pasar Indonesia, dan memberikan edukasi kepada usaha kecil dan menengah agar mendapat manfaat dari internet.

Meski demikian, SITTI mengakui jauh lebih kecil ketimbang Google. Saat ini perusahaan tersebut baru mempekerjakan 25 orang dan menggunakan enam buah server. Bandingkan dengan Google yang telah mengindeks sekitar 1 triliun halaman web dalam 126 bahasa. Namun, Andy Sjarif yakin SITTI bisa bersaing karena dukungan dari komunitas internet Indonesia.

“Hari ini bukan SITTI yang nantang Google, tapi Indonesia nantang Google karena banyak publisher percaya ide kami, banyak pengiklan percaya dengan kami,” pungkasnya.

Source: blog.belajarsitti.com, blog.indojunkers.com

1 komentar:

  1. If you're looking for a solid contextual ad network, I recommend that you check out Chitika.

    BalasHapus