Chen Zixiu, perempuan berusia 59 tahun, adalah praktisi Falun Gong (Falun Dafa) dari desa kecil Xujia, Beiguan, daerah Wei Cheng, Kota Wei Fang, Provinsi Shandong, China. Tanggal 16 Februari 2000, sewaktu berjalan ia ditangkap oleh seorang aparat setempat yang khusus menangani Falun Gong, dan dibawa ke kantor polisi Beiguan, sore keesokan harinya dipindah ke kantor "Pusat Pengawasan dan Rehabilitasi Falun Gong" di Jalan Cheng Guan. Di sana, petugas pemerintah dengan menggunakan pentungan karet dan tongkat listrik memukul paha kiri, punggung bagian bawahnya, serta menggunakan pentungan berduri yang biasa untuk menggiring sapi memukul kepala dan lehernya.
Tahanan sekamar di penjara mengatakan, sepanjang malam terdengar rintihan Chen yang menyedihkan dari kamar penyiksaan. Pelaku-pelaku itu dengan tidak hentinya menggertak meminta Chen melepaskan Falun Gong, namun dia selalu menolaknya, sehari sebelum meninggal, orang yang menangkapnya sekali lagi meminta Chen melepaskan kepercayaannya. Di bawah tekanan yang berat, dalam keadaan hampir kehilangan kesadaran, orang tua ini masih dengan tabah menggeleng-gelengkan kepalanya. Tanggal 20 Februari pagi hari, Chen Zixiu dipaksa bertelanjang kaki merangkak di atas salju, penyiksaan selama dua hari telah mengakibatkan luka memar yang parah pada pahanya, nanah dan darah lengket pada rambut hitamnya, ia muntah-muntah dan akhirnya meninggal.
Tanggal 22 Februari, putri Chen yang bernama Zhang Xue Ling melihat jenazah ibunya yang sangat mengerikan, dia sudah mengenakan pakaian mayat, juga sudah di-make up, setelah baju dibuka, selain bagian dada di mana-mana terdapat bekas memar berwarna ungu hitam berukuran besar, asalkan ada bagian yang bisa terlihat, semua telah terluka, telinga bengkak membesar berwarna biru ungu, gigi patah merekah, meskipun sudah di-make up dirapikan, bercak-bercak darah tetap masih kelihatan, betis memar hitam, di punggung terlihat bekas luka cambukan sepanjang 6 inci. Pakaian mayat dibuka terlihat: perut membesar, pantat dan terus ke bagian bawahnya memar hitam meluas, dua paha membengkak besar.
Pakaian Chen, baju dan celana dalam, di mana-mana terdapat noda darah, penuh dengan kotoran tinja, pakaiannya hampir semua digunting robek. Menurut letak dan warna memar bisa dipastikan itu adalah akibat luka sebelum meninggal, tinja yang menodai pakaian membuktikan almarhum sebelum meninggal telah hilang kesadarannya, tak dapat menguasai buang air kecil dan besar, perut membesar bisa diakibatkan dari rongga perut terdapat udara, atau pendarahan ataupun ada cairan di dalamnya, rontoknya gigi jelas karena dilukai dari luar, kesemuanya ini membuktikan kematiannya diakibatkan oleh penyiksaan yang sangat kejam.
Pejabat pemerintah setempat mengatakan, "yang telah dilepas yaitu yang sudah menulis surat jaminan tidak berlatih lagi, yang tidak menulis surat jaminan adalah mati wajar, keluar dalam keadaan mati. Siapa mau gantung diri akan diberi seuntai tali, meskipun terjadi masalah, kita semua ini bila dijatuhi hukuman, juga hari ini masuk, besok keluar." Setelah Chen dibunuh, mereka menyatakan Chen meninggal secara wajar oleh serangan penyakit jantung mendadak. Bahkan setelah kasus ini dimuat di halaman utama harian Wallstreet, pemerintah RRC dengan alasan "merusak keamanan publik" telah menahan putri Chen yaitu Zhang Xue Ling.
Orang yang Baik Hati, Jujur dan Sehat
Zhang Xue Ling yang bukan praktisi Falun Gong pernah menulis surat menceritakan keadaan ibunya:
Selama ini, perilaku ibu dalam pergaulan adalah sangat terpuji, mustahil membuat huru-hara atau merusak ketertiban dan keamanan masyarakat, lebih tidak mungkin apa yang dikatakan aparat bahwa ibu sebagai tersangka kejahatan. Dia hanya seorang praktisi Falun Gong biasa, dia juga bukan pembina. Dia pernah ke Beijing, dalam kehidupannya dia hanya sekali itu pergi ke ibukota dan dalam keadaan sama sekali tidak diketahui orang, apa tujuannya ke sana.
Kami mengetahui dia ditangkap pada waktu berjalan-jalan di taman Zhongsan atau Jingsan, oleh polisi berpakaian preman ditanyai apakah kamu pengikut Falun Gong, dia jawab: "Ya." Lalu dia dibawa ke kantor perwakilan di Beijing ke bagian Keamanan Umum Wei Fang. KTP dan uang 600 yuan lebih disita. Setelah saya menyerahkan uang 1.500 yuan baru diizinkan ke Beijing untuk menjemput ibu. Tetapi saya tidak pulang bersamanya sampai hari keempat, atas usaha sendiri saya baru ketemu tempat penahanan dia, selama beberapa hari itu, tidak ada satu instansi yang memberi satu kabar pun tentang keberadaan ibu. Lima belas hari kemudian, pengurus desa memberitahu untuk membawa 375 yuan sebagai biaya tahanan untuk menjemput. Setelah pulang hari itu juga, ibu ditahan lagi oleh pengurus desa, sehari tiga kali kami mengantar makanan ke kantor desa, dan selama 24 jam selalu diawasi.
Tanggal 4 Januari, ibu sendirian pulang ke rumah. Saya hanya tahu harus bekerja sama dengan pemerintah untuk menasihati ibu, melakukan dengan baik tugas "mendidik dan mengubah" ibu. Saya hanya tahu propaganda dan tindakan pemerintah apa pun semuanya benar, saya percaya penuh tanpa ragu. Segala sesuatu yang diderita ibu adalah "salahnya sendiri". Belakangan saya tiba-tiba mendadak sadar, kami telah memahami semua yang pernah ibu alami tidak berperikemanusiaan, sama sekali tidak ada jaminan hak asasi manusia, tidak ada dasar hukum dan kebijakan, di bawah kekuasaan absolut menyebabkan terjadinya kematian karena siksaan kejam, ini mutlak adalah perbuatan kejahatan pemerintah, kami sedang menanti tindakan hukuman yang adil dari lembaga hukum yang sesuai dengan kenyataan, adil, yang sama sekali tidak dipengaruhi oleh politik serta kekuasaan!
Di bawah ini adalah salah satu saksi mata yang menyaksikan kematian Chen Zixiu akibat penyiksaan kejam, dia adalah pengikut Falun Gong Kota Weifang, Provinsi Sandong. Ia pernah menulis sebuah tulisan membuktikan kebenarannya dan telah dimuat di Internet. Berikut kerangannya:
Kejadian Chen Zixiu disiksa hingga meninggal, sungguh-sungguh benar, ini adalah kenyataan. Saksi mata tentu saja tidak hanya saya seorang, masih ada tiga orang lainnya. Karena kami melihat kejadian sebenarnya dengan mata kepala sendiri, maka kami dipindah secara rahasia, mereka dengan paksa menyeret orang pergi, dan sama sekali tidak ada prosedur hukum apa pun. Saat itu kepala saya dipaksa dibenturkan ke tembok, setelah terbangun dari pingsan, sudah dikurung di sebuah balai RW yang sangat kecil. Kemudian, suami saya mendapatkan saya dan datang menemui, bahan bukti kebenaran yang saya lihat dengan mata kepala sendiri, saya serahkan kepadanya supaya dibawa keluar. Dalam keadaan mengadu sama sekali tidak memungkinkan maka dikirimlah ke Internet. Semula saya penuh keyakinan bahwa pelaku pembunuhan akan menghadapi tindakan hukum. Karena ini adalah membunuh manusia! Tidak disangka, mereka malah sewenang-wenang menginjak-injak hukum, memandang hukum sebagai permainan anak-anak.
Setelah dimuat di Internet, mereka ketakutan. Kemudian datang beberapa polisi, saya mengira perkara Chen Zixiu yang tidak bersalah bisa direhabilitasikan, tidak disangka, mereka mengatakan saya mempunyai hubungan gelap dengan negara asing, bersekongkol dengan kekuatan luar negeri, menentang pemerintah, menuduh saya berkata sembarangan, merusak citra negara. Ya Tuhan! Apa yang saya utarakan semuanya adalah kenyataan. Saya hanya seorang rakyat kecil, hanya ingin menjadi orang yang bijak, orang yang lebih baik, siapakah yang merusak citra negara? Apakah justru karena mereka berkuasa maka boleh semuanya membunuh orang-orang? Dengan demikian, saya serta suami saya ditahan atas tuduhan melanggar hukum pidana. Kemudian suami saya dijebloskan ke kamp kerja paksa selama tiga tahun. Semestinya saya juga harus menjalani hukum kerja paksa, tapi pemerintah mempertimbangkan kami mempunyai seorang anak.
Sampai saat ini, keberingasan dan kekejaman aparat di bawah pimpinan Jiang Zemin memang tidak berkurang, penganiayaan, pemerasan ekonomi serta penyiksaan sesuka hati bahkan pembinasaan fisik terhadap praktisi Falun Gong masih terus dilakukan. Namun bagaimanapun juga, suatu saat, fakta sebenarnya akan menjadi jelas, siapa yang jahat akan menui karma.
(Sumber: www.clearwisdom.net)*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar