Baterai Lithium Keramik untuk Mobil Listrik

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan baterai lithium berbahan keramik padat yang lebih tahan panas untuk digunakan pada kendaraan masa depan berbahan bakar listrik fuel cell.

"Baru LIPI yang sudah berhasil mengembangkan baterai lithium dari komposit material gelas keramik di dunia ini, seperti dari pecahan kaca. Dengan demikian sistem fuel cell tidak lagi memerlukan sistem pendingin," kata Peneliti Material dan Komposit Pusat Penelitian Fisika LIPI, Dr Bambang Prihandoko di Jakarta, Senin (1/6).

Dunia mobil hibrida sampai saat ini, lanjut Bambang, masih menggunakan baterai lithium dari polimer padat yang kekurangannya tidak tahan panas, sementara baterai lithium dari keramik mampu menahan panas sampai 200 derajat Celcius sehingga tidak diperlukan sistem pendingin.

Sel baterai lithium dari keramik dengan 3,3 Volt dan 200 mili Ampere itu nantinya akan diserikan dan diparalelkan sehingga kemampuannya meningkat untuk mengganti listrik fuel cell selama dua jam bagi kecepatan kendaraan 100 km per jam.

Baterai yang dikembangkan pihaknya itu, jelasnya, sudah dalam bentuk prototipe dan sudah dipatenkan sehingga sudah bisa diproduksi secara massal.
Ia mengakui, baterai lithium masih belum diujicobakan pada kendaraan listrik fuel cell buatan LIPI (Marlip) yang masih menggunakan aki konvensional (lead acid).

"Berat baterai lithium hanya seperlima berat aki. Tahun depan akan kita ganti aki di Marlip dengan baterai lithium ini sehingga Marlip menjadi jauh lebih ringan," katanya. Tanpa baterai lithium, urainya, kendaraan listrik dengan sistem fuel cell tidak bekerja sebagaimana mestinya di mana kecepatan konstan, tidak bisa bergerak lebih cepat.

Mobil hibrida yang dilengkapi sistem fuel cell ramah lingkungan, sejak dua dekade belakangan mulai banyak diperkenalkan. Hampir seluruh produsen kendaraan bermotor juga meluncurkan jenis mobil hibrida yang selain menggunakan sumber energi premium, juga menggunakan energi listrik. Saat ini para produsen mobil hibrid sedang berlomba-lomba menciptakan baterai yang aman, bertenaga, tahan lama, ringan, dan cepat diisi ulang sambil memaksimalkan kemampuan baterai lithium-ionnya.

Prinsip kerja sistem fuel cell yakni menggunakan proses elektrokimia di mana hidrogen dan oksigen digunakan sebagai bahan bakar. Komponen utama fuel cell terdiri dari elektrolit berupa lapisan khusus yang diletakkan di antara dua buah elektroda. Proses kimia yang disebut pertukaran ion terjadi di dalam elektrolit ini dan menghasilkan listrik serta air panas, sehingga fuel cell menghasilkan energi listrik tanpa adanya pembakaran dan tidak ada polusi.

WAH
Sumber : Antara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar